Jumat, 23 Desember 2016

Landasan Spritual Dalam Memaknai Filsafat




REFLEKSI FILSAFAT ILMU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen: Prof.Dr.Marsigit, M.A

Landasan Spiritual dalam Memaknai Filsafat



Oleh:
Azwar Anwar (16709251038)




PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

Landasan Spiritual dalam Memaknai Filsafat

Berfilsafat adalah olah pikir sejauh batas-batas kelajiman etik dan estetika hati kita masing-masing yang bisa mengijinkan. Hakikat yang ada, yang ada belum tentu terlihat bentuk dan warna dan sebagainya. misal jika yang saya pegang ini kacamata, maka anda melihat ini sebagai kacamata. Kemudian ketika saya hilangkan, masukan kekantong. Kacamata masih ada kan, walaupun tidak terlihat, dan kita bisa menejelaskan dari warna dan bentuk walau tidak terlihat karena sudah dipikirkan. Hakikatnya ideal dan realita tidak pernah ada titik temunya karena ideal dan realita itu berjarak yaitu awal, akhir jaman. Awal dan akhir jaman bukan hanya kiamat, tetapi ketika mulai bertanya dan selesai bertanya, mulai membuka perkuliahan dan mulai menutup perkuliahan dll. Dirimu yang fatal dan dirimu yang vital, diriku yang fatal dan diriku yang vital. Manusia bersifat fatal yaitu takdirnya dipilih oleh Tuhan. Sedangkan vital adalah ikhtiar. Setiap manusia memiliki potensi, maka kita harus mengembangkan fatal dan vital yaitu potensi itu sendiri. sebenar-benanya hidup adalah interaksi antara fatal dan vital. Tuhan tidak merubah nasib seseorang jika tidak ada usaha dari orang tersebut.
Filsafat yang ada dan mungkin ada. Orang barat mendefinisikan filsafat sebagai pola pikir. Sedangkan untuk orang timur tidak cukup hanya dengan pola pikir. Karena kita tidak mungkin ketemu sama Tuhan kalau hanya dipikir saja. Di timur ada ontology gerak, di barat tidak ada. Di timur tidak hanya sekedar pikir, tetapi olah hati, olah pikir dan bijaksana. Bijaksana orang timur beda. Bijaksana orang barat mencari jalan terus menerus. Bijaksana orang timur itu memberi. Orang bijaksana itu orang yang berilmu. Masih hidup didunia masih terikat ruang dan waktu,apapun tanpa terkecuali, terkait oelh ruang dan waktu adalah dalam anti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Belajar filsafat itu adalah metodenya. Intensif dan ektensif digali sedalam-dalamnya kembangkan seluas-luasnya. Struktur dunia ada yang tetap dan ada yang berubah, namaun yang tetap didunia pun juga ada kalau terus dinaikkan terus melampaui dunia nya. Kita bisa mengidentifikasi apa yang bebas ruang dan yang bebas waktu. Semua benda yang kita lihat tidak bebas ruang dan waktu artinya engkau lihat ruang itu bisa berarti tempat, belajar sinar, bisa dekat, pendek, jauh. Orang bisa mengetahui ruang dengan waktu dan bisa mengetahui waktu dengan ruang. Mendefinisikan ruang dengan waktu begitu juga mendefinisikan waktu dengan ruang. Kalau ruang diubah gelap tanpa sinar maka semua itu gelap. Batu-batu pun tidak kelihatan. Batu pun tidak terikat ruang gelap dan ruang terang. Prinsip orang bertingkat-tingkat mulai dari benda, aturan-aturan, pikiran-pikiran kemudian dihati,hati ke spiritual. Kalau masih hidup masih ada normatif, formal, material dan spiritual, tetapi kalau sudah meninggalkan dunia sudah mulai dikurangi. Unsur-unsur dunia dikurangi, kekayaan dikurangi, harta dikurangi, pendengaran dikurangi, penglihatan dikurangi dan terakhirnya nafasnya dikurangi atau dihentikan ,denyut jantung juga dihentikan. Jadi yang bisa dibawa hanya amal dan ibadah saja. Amal perbuatan itulah tidak terikat ruang dan waktu. Berbuat baik siang dan malam, terhadap sesuatu amalannya. Ada juga perbuatan di dunia terikat ruang dan waktu misalnya teriak-teriak dimalam hari. Maka tidak mudah mencari prinsip-prinsip,ikuti kata hatimu. Itulah penyakitnya orang mencari ilmu, karena kamu ada yang namanya penggoda. Godaan berangkat dari beberapa daerah untuk kuliah. Manusia yang kebenarannya kokoh ,tinggi, lurus maka kebenaran agama itu kebenaran absolut. Tidak bisa dibantah lagi. Firman Tuhan absolute, tidak bisa dibantah lagi. Kitab suci juga absolute,tidak bisa dibantah lagi. Setiap orang bisa membuat aturan, bisa membuat hokum, jagai hatimu saja. Sedangkan hati itu ada hati, pikiran dan kenyataan. Hati itu baru 1/3 dari aspek hati,pikiran dan kenyataan . Kalau hati sempit 1/1000 sekian dari phenomena hidup dunia anda. Tergantung struktur kita membangun dunia. Ketika orang sedang memikirkan hati tidak memikirkan pikiran. Hati tidak mampu berpikir, hati hanya bisa merasakan saja. Perasaan hati ada sedih, bahagia, nelangsa, sakit hati, tau-tau sedih,tau-tau nelangsa, tidak memikirkan perasaannya. Itulah yang hanya mengikuti kata hati. Dari kacamata hati, hati terbagi menajdi dua yaitu hati positif dan hati negatif, serta ada juga hati nol (keikhlasan/netral). Hati positif adalah menuju ke arah yang benar sedangkan hati negatif adalah potensi negatif,godaan setan. Bisa memperkirakan karena punya intuisi. Jadi intuisi itu banyak manfatnya bisa untuk memperkirakan kerjanya lebih intensif, efektif dan seterusnya. Adil dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Adil itu ontologisnya. Ontologis artinya sudah tidak bisa terbantah lagi. Kamu tidak pernah adil tengku mu (belakang kepala). Karena kamu tidak pernah mau nengok kebelakang, kecuali dengan menggunakan cermin 3 dimensi. Selama ini kita hanya melihat bagian depan saja. Berarti kita tidak adil terhadap dunia. Dunia punya hak yang sama untuk kita lihat. Tapi kita tidak mampu melihatnya. Jadi manusia tidak mampu adil terhadap dirinya sendiri, maka dari itulah manusia bisa hidup. Manusia itu tidak sempurna. Itu ontologisnya. Epistomologisnya adalah metodenya, sebetulnya epistomologi itu sumber-sumber filsafat keadilan, kalau bicara sumber-sumbernya siapa yang bisa adil. Jadi konsep keadilan seperti itu adil sesuai fungsi peran dan sebagainya. Filsafat disamping epistomologi dan ontologi, sumber-sumber pembenarannya dan macam-macam keadilan. Tapi  juga etik dan estetika. Antara adil dan kebenarannya, antara benar dan keadilannnya. Serta adil dan kepantasannya, pantas dan keadilannya. Secara filsafat seperti itu, secara ontologisnya seperti itu. Jadi manusia justru tidak adil kepada dirinya sendiri.
Filsafat itu diriku, dirimu dan diri mereka dari berbagai agama semua bisa berfilsafat. Hal yang berbahaya adalah ketika kita belajar berfilsafat kemudian belajar dengan orang kafir dapat menyebabkan kita menggadaikan iman ddan takwa kita. Maka sebelum berfilsafat harus memperkokoh keimanan masing-masing, sehingga ketika orang beriman berfilsafat maka akan kokoh imannya.Dalam berfilsafat subjek itu adalah yang diatas dan objek adalah yang dibawah, didalam elegi menggapai subjek disebutkan bahwa subjek selalu benar dan objek selalu salah. Untuk menilai sesuatu jangan selalu menggunakan pikiran biner. Untuk masalah ini adalah sarana komunikasi, mengkondisikan.
Spiritual tidak bisa dipahami hanya dipikiran saja tetapi hati. Dalam ranah ini, hati bisa berilmu. Sebelum mempelajari filsafat tetapkanlah terlebih dahulu hati kita, komandan kita, yang menuntun kita karena tidak mungkin kita bisa mengetahui ranah spiritual hanya menggunakan akal. Logikanya, tidaklah semua pikiran kita mampu memikirkan semua perasaan kita. Berbicara mengenai manfaat filsafat, kita bisa saja mengatakannya sebagai manfaat dari pikiran kita. Karena poin selanjutnya yang menjadi definisi filsafat adalah pola pikir. Filsafat tidak sekedar berpikir, filsafat adalah berpikir yang reflektif yang bersifat intensif (sedalam-dalamnya) dan ekstensif (seluas-luasnya). Dalam berfilsafat menggunakan bahasa analog (bahasa yang jauh lebih dan lebih tinggi tingkatannya dari bahasa kiasan). Adapun objek filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Hal ini juga menjadi aturan kita dalam berfilsafat. Dari sini, kita juga dapat melihat perbedaan antara filsafat dengan spiritual. Maksudnya, Tuhan (ALLAH SWT) sudah pasti (absolutly) ada di dalam hati kita, apalah daya dan kemampuan kita untuk memikirkan-Nya. Meskipun di dalam agama ada berpikir tetapi porsinya dibatasi. Didalam berfilsafat kita bisa melakukan manipulasi ruang dan waktu contoh ketika sholat kita membanyangkan kita sholat dihadapan Ka’bah jadi jaraknya sangat relatif (contoh manipulasi ruang), waktu kemarin misal  satu detik identik dengan seribu tahun maka dapat analogikan plato meninggalnya baru kemarin sore (contoh manipulasi waktu). Mengapa pertanyaan “darimana engkau itu” jawabannya dari masa lampau?. Dalam jawaban filsafat itu berdasarkan penjelasan, jika ada yang menjawab aku dari masa depan itu boleh saja asalkan ada penjelasannya, jadi jawabannya bukan jawaban yang absolut. Contoh lain dari mana membangun gedung? jawabannya dari atas karena setiap material-material dituang berasal dari atas. Penjelasan tersebut merupakan pola pikir filsafat.
Manusia pada dasarnya memiliki 3 unsur pembangun, yaitu : akal (logika), hati (jiwa yang independen dan bersifat spiritual) serta perasaan. Manusia hidup di dunia tidak hanya berupaya untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Akan tetapi, manusia juga perlu mengedepankan hati. Hati manusia bersifat spiritual, karena di dalam hati kecil manusia (di lubuk hati manusia) terdapat suara Tuhan. Oleh karena itu, dalam Filsafat Ilmu, Tuhan sering disebut dengan hati karena suara hati Manusia adalah suara Tuhan. Kepercayaan akan adanya Tuhan bersifat irrasional sehingga setinggi-tingginya pikiran (logika) manusia, tak akan mampu untuk memecahkan misteri Tuhan.
Alat berkomunikasi dalam dunia Filsafat Ilmu adalah Bahasa Analog. Bahasa Analog adalah bahasa perbandingan, artinya bahwa istilah-istilah tertentu dalam filsafat ilmu sering di analog-kan dengan istilah lain, seperti : cinta itu hati (cinta itu ada di hati) sehingga aku mencintai seseorang dengan menggunakan hatiku (bukan dengan menggunakan pikiranku). Jika kita mencintai seseorang dengan menggunakan pikiran maka akan sulit pastinya kita merumuskan suatu kesimpulan bahwa “Kita sesungguhnya mencintai seseorang itu atau tidak”. Begitu juga cinta terhadap Tuhan, kita mencintai dan memahami tuhan dengan hati kita (bukan dengan pikiran kita), jadi di saat pikiran kita buntu (sudah tak bisa berpikir lagi) maka solusi yang terbaik adalah berdoa kepada Tuhan.
Filsafat berstruktur dan berdimensi yang mempunyai material, formal dan normatif. Filsafat antara setiap manusia selalu berbeda, karena diri seseorang itu sifatnya adalah subyektif sedangkan diri mereka itu sifatnya adalah obyektif.Pancasila itu adalah diri dari bangsa Indonesia itu sendiri maka Pancasila bersifat Subyektif. Pancasila filsafatnya monodualis, di mana terdapat Habluminallah dan habluminannas. Sehingga pancasila dapat menjadi pedoman untuk hidup berbangsa dan bernegara. Sebenar-benar filsafat adalah engkau mampu menjelaskan kehidupan setelah kematian. Karena jika orang lain yang menjelaskan terhadap dirimu maka engkau menjadi tak berdaya karena akan tertimpa dengan bayang-bayang orang tersebut. Kematian itu ada yang bias dipikrkan dan tidak bias dipikirkan, yang bias dipikirkan adalah fenomena sedangkan yang tidak bisa dipikirkan adalah noumena.
Orang berstruktur berhirarki, yang dipikirkan berstruktrur dan berhirarki. Sifat orang tersebut berstruktur berhirarki secara otomatis maka filsafatnya berstruktur berhirarki. Berfilsafat adalah berfikir yang refleksif, contohnya memikirkan pikiran, misalnya bisa menjawab pertanyaan mengapa tatapi tidak cukup dengan itu.Manusia tidak bisa bisa adil terhadap pandangannya. Bisa melihat kedepan tidak bisa melihat kebelakang, Bisa melihat kekanan dan tidak bisa melihat kekiki dan sebaliknya. Manusia sempurna dialam ketidaksempurnaan, manusia adil didalam ketidakadilan. Karena sebenar-benarnya hidup adalah kontradiksi.
Ilmu pengetahuan adalah sudah terstruktur, yang tesusun dari pengetahuan-pengetahuan yang ada. Filsafat itu berdimensi, filsafat sebagai pengetahuan, filsafat sebagai ilmu, filsafat sebagai landasan, filsafat sebagai spiritual dan seterusnya. Belajar adalah hidup, untuk menjalani hidup adalah dengan hidup. Ciri-ciri hidup adalah continous (Berkelanjutan), berintraksi, terjemah dan menerjemahkan, menggunakan hati dan pikiran, sesuai kontekstual ruang dan waktu dan seterusnya. Hidup bukan hanya panah yang yang terlepas dari busurnya, hidup adalah spiral, berputar dan dinamis. Anda bertanya saya menjawab, pertanyaanku menjadi jawaban dan itulah reinkarnasi.
Struktur dunia itu materi,di atasnya formal,di atasnya normatif, diatasnya lagi spiritual. Kalau sudah sampai tahap spiritual, maka sudah semuanya tidak ada yang terlewatkan. Semua itu spiritual. Semua itu sacral. Spiritual turun sampai kebaikannya. Dalam filsafat ya batu saja berdoa. Mintalah pertolongan kepada Tuhan dengan ikhlas. Urusan dunia itu tidak ada yang baik. Baik itu hanya milik Tuhan. Tidak ada cara mengajar yang baik. Mendidik itu terbaik sesuai dengan agamanya masing-masing.Dari sisi umum tidak ada yang baik Cuma yang mendekati pasti ada. Jadi kalau mengajar tidak ada inisiatif dari guru itu berarti sudah mematikan diri siswa.Belajar itu harus dalam susasan merdeka. Karena manusia itu hermeneutika.Itu unsure-unsur spiritual .itu unsur-unsur kecerdasan. Sekarang dunia ini kontemporer. Sudah mulai menyempit dan memanjang. Orang barat tidak ada istilah mundur dan berbelok-belok. Selalu linier. Spiral kehidupan tidak lain dan tidak bukan adalah lintasan bumi yang mengelilingi matahari. Itulah teladan hidup dari Tuhan. Itulah hermenutika. Orang Yunani mengatakan hermeneutika sedangkan orang Indonesia mengatakan silaturahmi. Kegagalan itu menjadi kesuksesan yang tertunda. Ketika orang menghadapi kegagalan,jangan patah semangat.Orang timur, spiritual itu sumber orang yang bersyukur. Bersyukur tidak mempunyai tetapi berusaha,punya daya tahan. Bukan sekarang mungkin lain waktu. Usaha dan ikhtiar terus menerus. Takdir itu sebagai yang dipilih. Jadi pilihan itu yang dipilih atau memilih. Hidup ini hanyalah dipilih atau memilih. Itu namanya penyederhanaan. Dunia yang sangat besar dibawa ke satu notion. Dipilih atau memilih,berinteraksi terus begitu saja. Kita juga memilih kata-kata. Karena takdirnya kata-kata itu linier. Berkata itu seri(batrai)/urutan, tidak pernah parallel,kalau parallel tidak akan mengerti dipikiran bapak. Pikiran manusia membuktikan bahwa manusia itu tidak mempunyai akhir. Bahwa dunia tidak mempunyai akhir. Itu pikiran manusia. Menurut Imanuel Kant ada awal sekaligus tidak ada awal,ada akhir sekaligus tidak ada akhir. Berfilsafat itu kalau tidak dilandasi dengan agama yang kuat, maka sebelum berfilsafat harus berdoa dan benar-benar berdoa. Jalani saja dengan ikhlas,ikhals hati dan ikhlas pikiran. Maka perlu juga istighfar karena telah berlaku sombong. Filsafat itu kesadaran/diruat. Diruat adalah memohon ampun dan meminta maaf. Ada keadaan yang harus diruat kaitannya dengan sosial, tradisi hidup bersama. Sesama orang lemahharus mencari orang yang lemah untuk mencari kekuatan. Orang  barat itu yang sudah mempunyai modal masing-masing sudah mulai sombong sendiri.  Oleh karena itu hidup secara bersama-sama,maka tidak mau sesuatu yang aneh-aneh . Tidak mau dipergunjingkan. Orang Jawa mempergunjingkan punya anak 1 (tunggal) perlu diadakan selamatan. Hidup pilihan saja. Jalani saja ikhlas. Itulah proses berfilsafat.
Hipnotis itu psikologi terapan, teorinya ditinggal menjadi terapan. Hipnotis tidak perlu terlalu ribet dengan teori-teori. Sudah ada rumusnya, rumus tidak harus dalam bentuk variabel abc. Rumus bisa dalam bentuk penjabaran atau indikator. Mempunyai sifat-sifat tertentu, nanti terapinya disesuaikan. Hipnotis tidak akan bisa menjawab mengapa orang bisa begitu, walaupun ia mengaku bertanggung jawab tapi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sama seperti pelaku kuda lumping yang kesurupan. Kesurupan itu bicara jiwa, karena dipengaruhi oleh intuisi tertentu. Satu intuisi menuntut intuisi yang lain, sehingga ia bisa menimbulkan gejala tertentu.Manusia mempunyai bermilyar-milyar intuisi. Intuisi handphone, ‘kenapa bisa cepat sekali?’. Intuisi kacamata, intuisi kertas, intuisi tulisan, intuisi ruang dan waktu, intuisi lawan, intuisi senjata, intuisi yang ada dan yang mungkin ada. Prinsipnya hipnotis maupun kesurupan, intuisi yang lain-lain dimunculkan dikombinasikan. Tapi pelaku yang bersangkutan yang dikenakan terapi tidak bisa menjelaskan kenapa dia bisa begitu, dia hanya melaksanakan saja dengan tidak sadar.Semua itu merupakan reduksi. Dunia piknik, dunia hura-hura, dunia kuliah, dunia belajar, dunia membaca, dunia berpikir, dilakukan direduksi, sehingga masuk ke dunia kesurupan. Dunia kesurupan ada ikonnya. Ikonnya adalah suara yang berirama, bertalu-talu, kemudian doa-doa untuk menenangkan kekhusukan hati. Untuk menciptakan suasana yang menarik intuisi. Sehinggu dulu saat konselor Jerman Barat datang ke Yogyakarta melihat gending jawa, sudah seperti orang ‘sakau’ seakan-akan sudah sampai ke surga. Merasa menikmati, enak sekali musik itu.Jadi hipnotis itu keterampilan yang ditular-tularkan, dirahasiakan, dijual, kemudian anda daftar kursus hipnotis. Kenapa seseorang bisa tertipu? Karena dia hidupnya pelesir, berpesiar dengan seluruh keluarga, semuanya dikuras, dimasukkan, dipilih, direduksi, direduksi, dunianya menjadi uang. Ikonnya uang yang digandakan.Sebetulnya hidup ini permainan intuisi. Intuisi kita mau kemana-mana. Anda bisa saja karena menggunakan handphone yang sudah lengkap, canggih, dan sebagainya. Anda tidak pelihara, anda hilangkan intuisi ruang dan waktu, tidak peduli utara selatan. Intuisi sangat penting, intuisi adalah pengalaman. Intuisinya seorang kopral beda dengan jendral. Intuisi istilah secara psikologi disebut indera keenam, kalau filsafat cukup intuisi.
Filsafat bukan masalah setuju atau tidak setuju. Tetapi filsafat adalah seberapa jauh engkau mampu mendefinisikan metode saintifik. Maka sebenar-benarnya filsafat adalah penjelasanmu. Jika  engkau bersikukuh maka mitos. Jika sudah jelas sekali maka mitos. Jika fanatik maka terjebak didalam ruang dan waktu yang gelap. Mengapa, karena metode saintifik adalah satu dari sekian ribu metode  yang ada dan mungkin ada atau semiliar metode  yang ada dan mungkin ada. Jika hanya satu, maka hidupmu sudah terpilih menuju metode saintifik saja. Itulah metode kurikulum 2013. Itulah metode yang tidak mereka sadari. Kurikulum yang menggiring seluruh Indonesia untuk metode saintifik. Belajar Agama menggunakan metode saintifik, bahasa menggunakan metode saintifik, social menggunakan metode saintifik.
Setiap saat orang berhasil, setiap saat orang mengalami kegagalan. Dia hanya tidak merasa. Kalau merasa hanya berhasil, dia merugi separuh dunia karena dia tidak menyadari kegagalannya. Kalau dia hanya merasa selalu gagal terus, merugi separuh dunia karena tidak menyadari keberhasilannya. Jadi filsafat itu harus selalu berusaha adil, seimbang, sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Refleksi diri untuk kedepan. Kita bisa mengalami persiapan karena refleksi. Diturunkan kedalam semi psikologi yaitu komunikasi. Persiapan adalah Komunikasi internal didalam diri kita. Misalnya jika seseorang mau menikah, komunikasi internalnya sudah membayangkan calon istri atau calon suami supaya tidak terkejut. Jika tidak ada komunikasi internal maka ketika melihat calon suami atau istri kemungkinan akan terkejut. Kesiapan diturunkan menjadi readiness yang dalam psikologi sangat penting sekali. Kesiapan mengandung unsur lain-lain yang  artinya berjalannya potensi untuk jadi siap. Jadi kesiapan adalah bagian dari hermenetika. Sejatinya tidak ada kesiapan itu yang tetap dan berhenti. Kesiapan itu bergerak dan begoyang-goyang. Misalnya, seseorang tiba-tiba dipukul maka langsung jatuh hal ini karena ia tidak siap. Maka sebenar-benarnya kesiapan adalah bergoyang-goyang atau bergerak. Jika kamu sudah siap berarti mitos. Tidak ada orang siap dalam filsafat. Yang benar adalah sedang bersiap siap dan itu tidak ada akhirnya karena akhir juga mitos, tiadalah sebenar-benar akhir kecuali akhir absolut itulah dogma agama, kalau sudah kiamat itulah akhir daripada absolut. Ternyata walaupun akhir absolut pun masih diteruskan setelah kiamat masih ada pertimbangan-pertimbangan perbuatannya.
Filsafat itu hakikat metodologi etik estetika. Jadi benar, baik, dan indah. Tiga itu dikombinasikan. Benar baik tidak indah, benar tidak baik indah, benar tidak baik tidak indah, demikian seterusnya, dieksperimenkan. Etik itu baik buruk, estetika itu keindahan. Estimologi itu benar salah, ontology hakikatnya. Tidak ada yang benar tidak ada yang salah. Maka Seperti itu tekonologi semakin jelas dan semakin detail dan ternyata sudah tercapai cita-citanya kehidupan kontremporer untuk membuat patungnisasi masyarakat dan memasyaratkan patung, kita semua telah menjadi patung-patungnya kehidupan kontemporer.
Apapun dalam filsafat itu adalah struktur berdimensi didalam pikiran.dan pikiran itu pintu gerbang menuju dirimu masing-masing. Namun itu tidak cukup.Hati juga merupakan pintu gerbang menuju hidupmu masing-masing.Maka baik buruk dunia tergantung hatimu.Maka dunia bergantung bagaaimana pikiran dan hatimu.Dia itu bestruktur yaitu semua yang ada dan mungkin ada itu.Yang ada itu genus yang paling sederhana. Pun berstruktur, strukturnya meliputi formal dan substant (isi). Maka jika ditanyakan konsep pengabdian dalam filsafat maka yang bertanya berstruktur hirarki dan yang ditanyakan berstruktur hirarki.Pengabdian berstrukturr hirarki. Agama juga berstruktur hirarki maka pengabdian yang paling sederhana, rendah dan apa pengabdian yang paling tinggi. Yang paling rendah genus, genus potensinya, potensi itu cikal bakal atau gatra, yaitu gatra takdir dan gatra ikhtiar. Maka abdi itu gatra takdir dan gatra pengabdian yang lain meliputi sifat manusia. Pengabdian sebagai keadaan/sifat manusia punya gatra, misalnya seorang kyai, terlahir itu sudah membawa geuns didalam selnya.Potensi bawaan sebenarnya bisa kita persiapkan mulai dari sekarang untuk mempersiapkan genus yang potensial atau genetika.Genetika yang diteliti orang itu yang diam, sedangkan saya bisa mempengaruhi perilaku ketrunan saya adalah genetika yang berjalan. Sehingga kalau anda menjadi kyai hebat ada kemungkinan anak,  cucumu atau turunanmu yang lainnya menjadi kyai. Maka pengabdian juga begitu.Mengabdi itu sifat keadaan obyek terhadap subyeknya.Mengabdi itu istilah psikologi dan sosiologi. Dalaam filsafat abdi itu sifat yang satu ketemu sifat yang lain. Kadaan itu digambarkan etik dan estetika, kurannya etik dan estika. Maka filsafat itu hakikat kebenaran keindahan dan dimix, hakikatnya yang benar itu indah dan yang indah itu benar dst. Naik menjadi spiritual missal doamu, ibadahmu dll.Sholat bisa dimana saja, tapi Jika masuk kedalam keindahan itu subyektif.Jadi pengabdian itu demikian, kalau mau ditelusuri ya kaitannya dengan sosiologi antropologi. Otomatis, dalam filsafat tidak hanya ganda, bisa unlimited multiple. Intelegent apa? Kecerdasan tentang yang ada dan mungkin ada. Cerdas terhadap istri, cerdas terhadap suami, cerdas terhadap rumah tangga, cerdas terhadap pimpinan, cerdas terhadap lingkungan dst. Multiple istilah sosiologi, filsafatnya seperti tadi.Maka supaya bisa menembus ruang dan waktunya, maka baca, baca dan baca.Multiple juga ilmu psikologi. Apa beda filsafat dengan sosiologi, kalau filsafat duduk di lobi tapi psikologi sudah masuk ke gang-gang. Sehingga psikologi ada dua macam, terapan dan wacana.Sebagian dari psikologi wacana atau naratif itulah filsafat.cerdas dalam berdoa, cerdas dalam beranak dan lannya adalah cerdas dalam filsafat. dalm filsafat intelagent berstruktur berhirarki, yang dipikirkan juga bersturktur berhirarki. Dunia dengan dunia terwakili dengan ikoniknya.Untuk menggapainya bca, baca dan baca.Berfilsafat itu transenden, metodenya metafisik, ku pejamkan mata keuberikan pertanyaan aku berikan nol semua niainya.
Filsafat dipahami dengan dipikirkan bukan dihafal. Jadi salah besar kalau saya menjawab konsep doa dalam filsafat adalah. Maka, kakiku mendefinisikan, tanganku mendefinisikan, mataku sedang mendefinisikan apa itu doa, maka seluruh hidupku adalah definisi dari doa. Sebagian dapat dilihat dalam elegi menggapai ritual ikhlas. Kalau saya terangkan sampai tuntas tidak akan selesai, besok bagaimana penjelasannya?Maka sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu sebenar-benar penjelasanmu aktifitasmu.Jadi nonsen kalau beelajar filsafat tanpa membaca. Dalam filsafat tidak perlu menjadi orang lain, jadilah dirimu sendiri. Ilmu itu harus ikhlas.Namun banyak orang-orang tergoda untuk tidak ikhlas karna pengaruh dunia kontemporer.Itulah pentingnya berpikir kritis.
Sejak awal filsafat dan sampai akhir jaman nanti, itu tentang pengetahuan dan ilmu pengeatahuan karna olah pikir.Dalam filsafat ada dua macam persoalan, dan dua persoalan ini tidak pernah tercapai, bisanya hanya berusaha mencapai. Yang pertama adalah menjelaskan apa yang engkau ketahui yang ada didalam pikiranmu. Contoh didalam pikiran saya ada istri saya. Saya tidak akan mampu menjelaskan siapa istri saya. Kalau aku mampu menjelaskan sejak awal zaman sampai sekarang, sebelum aku mengakhiri penjelasan,aku akan berubah menjadi aku yang mati. aku yang mati itu belum tau saya istri saya seperti apa, apalagi besok. Jadi sebenar-benar manusia tidak ada yang mampu menjelaskan apa engkau pikirkan, hanya berusaha saja. Caranya reduksi, menyebut beberapa sifat kunci dalam batas tertentu dimana seseorang dengan orang lain dalam pengetahuan yang sama. Engkau tidak mampu menjelaskan pulau Lombok itu.Tapi sampai batas disitu saya terima, tapi apakah seperti itu Lombok, tidak.Masih banyak sekali yang bisa diungkap. Tidak akan mampu semuanya menjelaskan yang ada didalam pikiranmu, karna kenapa engkau bisa menggambar Lombok seperti itu kara engkau ada. Maka pikiran manusia bermacam-macam perkembangannya dari awal zaman sampai akhir zaman.Jadi kedudukan ilmu pengetahuan itu dari awal sampai akhir.Jadi sebenar-benar ilmu pengetahuan itu adalah epistemology atau filsafat ilmu.Tapi filsafat ilmu tidak ada apa-apanya kalau tidak ada ontology dan aksiologinya artinya satu kesatuan. Seperti segelas teh itu tidak akan bermakna kalau tidak ada gelasnya.
Pasti dalam filsafat itu bahasa yang kasar, karna filsafat berbicara tentang relatifitas.Kalau saya menerangkan jebakan filsafat berarti elegi itu sudah tidak ada maknanya lagi.Karna setiap elegi itu tantangan buat anda untuk berfikir.Ini bukan masalah mitos, ini berfikir.Kalau tidak paham setelah baca baca lagi saja.Kalau jenuh itu ujian, itu godaan.Jebakan filsafat itu artinya sebagian besar komentarmu itu salah.Kenapa salah, karna tidak cocok dengan pikiran saya.Salah adalah tidak cocok dengan pikiran saya.Engkau sudah merasa seakan-akan mengerti itulah jebakan filsafat.merasa bisa mengerti, merasa bisa pandai tapi tidak pandai bisa merasa. Maka disini berpaculah dalam membaca dan memahami filsafat.temukanlah dirimu sendiri dalam filsafat. berziarah dalam filsafat, berziarah dalam filsafat tidak harus mengunjungi makam-makam para filsuf, sebenar-benar ziarah dalam filsafat pelajari pikiran mereka itu dengan baca, baca, dan baca. Kalau dibawa ke spiritual, ziarahnya adalah tengok hatimu masing-masing.Maka dalam kaitannya dengan keilmuan itu pada levelnya masing-masing, banyak diantara orang yang tidak menempati ruang dan waktunya.Maka pada ruang dan waktu filsafat filsuf mengatakan, aku melihat diantara hiruk pikuk orang yang berjalan dijalan gejayan itu banyak orang-orang yang sudah meninggalkan dunia. Kenapa?, karna sebenar-benar mereka tidak mau berfikir. Misalnya mobil jalannya 5 cm tidak memikirkan pengguna jalan lain, maka dalam filsafat dia mati karna tidak berfikir juga utnuk orang lain. Kalau ahli spiritual, kyai mengatakan bahwa sebenar-benar mereka yang di stadiaon, dipasar,
Kita menetapkan hidup kalau seperti ini dan ketetapan hidupmu akan mempersulit dirimu yang jauh atau akan terhindar dari yang telah diberikan permulaan oleh yang membuat pilihan itu. Jadi ini pentingnya berfilsafat merefleksikan diri.Mana yang lebih baik antara banyak pilihan dan sedikit pilihan?tergantung ruang dan waktu. Apa yang dipilih, mana yang dipilh, bagaimana memilih dst, tergantung ruang dan waktu.
Berfilsafat itu berbahaya kalau tidak dilandasi spiritual.Mati menurut filsafat itu mitos, karna setelah dibaca ayat dalam kitabnya, haditsnya ternyata dia mati cuma fisiknya tapi jiwanya masih hidup.Walaupun fisik mati setelah alam kubur ada kehidupan disana.Selamanya kalau kamu tidak berfikir mati tetap mati itulah mitos itulah kebodohan, terjebak didalam ruang dan waktu.Maka dari mitos menjadi logos apasih yang dimaksud dengan kematian.
Filsafat mempunyai batas dan tidak ada batas sekaligus, menurut Immanuel Kant di dalam filsafat terdapat awal dan akhir, di mana awal dan akhir dapat terjadi sekaligus, sehingga kita tarik lagi ada awal dan tidak ada awal, dan juga ada akhir dan tidak ada akhir. Manusia tidak akan dapat menemukan kapan berhenti dan kapan memulai karena sebenar-benar manusia itu terbatas. Manusia tidak sempurna dalam kesempurnaan dan sempurna dalam ketidaksempurnaan. Batas dari seorang manusia itu tidak dapat memikirkan apa yang tidak ia pikirkan. Ciri-ciri seorang sebagai filsuf adalah dia menulis, atau ditulis oleh orang lain seperti Socrates, dia tidak menulis tapi karyanya ditulis oleh muridnya Plato, kemudian dia dapat merangkum dunia, sehingga semua yang ada di dunia ini dia dapat merangkumnya.Sehingga budaya menulis perlu dilakukan secara terus menerus agar dapat mengemukakan apa-apa saja yang ada dipikiran kita untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dan mungkin ada di dunia ini.
Semuanya berstruktur baik yang ada dan yang mungkin ada. Manusia tersusun dari salah satu unsur yang paling terkecil yaitu sel yang terfokus pada bermilyar-milyar sel yang masing-masing hidup.Susunan-susunan itu merupakan unsur material yang membentuk kehidupan seseorang sehingga menjadikannya satu padu antara material satu dan material yang lain. Tempat tinggal menentukan tabiat atau karakter orang di mana ketika kita melihat zodiac dari sisi filsafat maka zodiac itu adalah pikiran, di mana apa yang dipikirkan manusia itu semua tergantung dari manusia itu sendiri. Kesemua apa yang dihadirkan manusia dari pikirann yaitu merupakan hal-hal yang terkonstruk dari pikiran manusia sendiri, zodiac melambangkan kepribadian dan watak manusia itu dengan berdasarkan tanggal lahir dan bulan lahir seseorang, akan tetapi kepribadian dan karakter pun akan terpengaruh dengan lingkungan yang tinggali. Misal ketika kita seseorang yang tinggal di luar negeri tabiatnya berbeda dengan orang yang tinggal di Indonesia.
Di Indonesia yang struktur paling atas yaitu spiritual lebih mendepankan agama, karena Indonesia berbagai macam-macam agama. Dengan spiritual yang lemah akan membawa kedalam goyahan hati yang menjadi lemah  tanpa kita sadari. Maka dari itu pentingnya sebuah spiritual dalam melandasi filsafat, karena dengan agama dapat semakin kuat untuk memahami filsafat.