REFLEKSI FILSAFAT ILMU
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen:
Prof.Dr.Marsigit, M.A
Landasan Spiritual dalam Memaknai Filsafat
Oleh:
Azwar Anwar (16709251038)
PENDIDIKAN
MATEMATIKA
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2016
Landasan Spiritual dalam
Memaknai Filsafat
Berfilsafat
adalah olah pikir sejauh batas-batas kelajiman etik dan estetika hati kita
masing-masing yang bisa mengijinkan.
Hakikat
yang ada, yang ada belum tentu terlihat bentuk dan warna dan sebagainya. misal
jika yang saya pegang ini kacamata, maka anda melihat ini sebagai kacamata.
Kemudian ketika saya hilangkan, masukan kekantong. Kacamata masih ada kan,
walaupun tidak terlihat, dan kita bisa menejelaskan dari warna dan bentuk walau
tidak terlihat karena sudah dipikirkan. Hakikatnya ideal dan realita tidak
pernah ada titik temunya karena ideal dan realita itu berjarak yaitu awal,
akhir jaman. Awal dan akhir jaman bukan hanya kiamat, tetapi ketika mulai
bertanya dan selesai bertanya, mulai membuka perkuliahan dan mulai menutup
perkuliahan dll. Dirimu
yang fatal dan dirimu yang vital, diriku yang fatal dan diriku yang vital.
Manusia bersifat fatal yaitu takdirnya dipilih oleh Tuhan. Sedangkan vital
adalah ikhtiar. Setiap manusia memiliki potensi, maka kita harus mengembangkan
fatal dan vital yaitu potensi itu sendiri. sebenar-benanya hidup adalah
interaksi antara fatal dan vital. Tuhan tidak merubah nasib seseorang jika
tidak ada usaha dari orang tersebut.
Filsafat
yang ada dan mungkin ada. Orang barat mendefinisikan filsafat sebagai pola pikir. Sedangkan untuk
orang timur tidak cukup hanya dengan pola pikir. Karena kita tidak mungkin ketemu sama
Tuhan kalau hanya dipikir saja. Di timur ada ontology gerak, di barat tidak
ada. Di timur tidak hanya sekedar pikir,
tetapi olah hati, olah pikir
dan bijaksana. Bijaksana orang timur beda. Bijaksana orang barat mencari jalan
terus menerus. Bijaksana orang timur itu memberi. Orang bijaksana itu orang
yang berilmu. Masih
hidup didunia masih terikat ruang dan waktu,apapun tanpa terkecuali, terkait
oelh ruang dan waktu adalah dalam anti yang sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya. Belajar filsafat itu adalah metodenya. Intensif dan ektensif
digali sedalam-dalamnya kembangkan seluas-luasnya. Struktur dunia ada yang
tetap dan ada yang berubah, namaun yang tetap didunia pun juga ada kalau terus
dinaikkan terus melampaui dunia nya. Kita bisa mengidentifikasi apa yang bebas
ruang dan yang bebas waktu. Semua benda yang kita lihat tidak bebas ruang dan
waktu artinya engkau lihat ruang itu bisa berarti tempat, belajar sinar, bisa
dekat, pendek, jauh. Orang bisa mengetahui ruang dengan waktu dan bisa
mengetahui waktu dengan ruang. Mendefinisikan ruang dengan waktu begitu juga
mendefinisikan waktu dengan ruang. Kalau ruang diubah gelap tanpa sinar maka
semua itu gelap. Batu-batu pun tidak kelihatan. Batu pun tidak terikat ruang
gelap dan ruang terang. Prinsip orang bertingkat-tingkat mulai dari benda,
aturan-aturan, pikiran-pikiran
kemudian dihati,hati ke spiritual. Kalau masih hidup masih ada normatif,
formal, material dan spiritual, tetapi kalau sudah meninggalkan dunia sudah
mulai dikurangi. Unsur-unsur dunia dikurangi, kekayaan dikurangi, harta
dikurangi, pendengaran dikurangi, penglihatan dikurangi dan terakhirnya
nafasnya dikurangi atau dihentikan ,denyut jantung juga dihentikan. Jadi yang
bisa dibawa hanya amal dan ibadah saja. Amal perbuatan itulah tidak terikat
ruang dan waktu. Berbuat baik siang dan malam, terhadap sesuatu amalannya. Ada
juga perbuatan di dunia terikat ruang dan waktu misalnya teriak-teriak dimalam
hari. Maka tidak mudah mencari prinsip-prinsip,ikuti kata hatimu. Itulah
penyakitnya orang mencari ilmu, karena kamu ada yang namanya penggoda. Godaan
berangkat dari beberapa daerah untuk kuliah. Manusia yang kebenarannya kokoh
,tinggi, lurus maka kebenaran agama
itu
kebenaran absolut. Tidak bisa dibantah lagi. Firman Tuhan absolute, tidak bisa
dibantah lagi. Kitab suci juga absolute,tidak bisa dibantah lagi. Setiap orang
bisa membuat aturan, bisa membuat hokum, jagai hatimu saja. Sedangkan hati itu
ada hati, pikiran dan kenyataan. Hati itu baru 1/3 dari aspek hati,pikiran dan
kenyataan . Kalau hati sempit 1/1000 sekian dari phenomena hidup dunia anda.
Tergantung struktur kita membangun dunia. Ketika orang sedang memikirkan hati
tidak memikirkan pikiran. Hati tidak mampu berpikir, hati hanya bisa merasakan
saja. Perasaan hati ada sedih, bahagia, nelangsa, sakit hati, tau-tau
sedih,tau-tau nelangsa, tidak memikirkan perasaannya. Itulah yang hanya
mengikuti kata hati. Dari kacamata hati, hati terbagi menajdi dua yaitu hati
positif dan hati negatif, serta ada juga hati nol (keikhlasan/netral).
Hati positif adalah menuju ke
arah
yang benar sedangkan hati negatif adalah potensi negatif,godaan setan. Bisa
memperkirakan karena punya intuisi. Jadi intuisi itu banyak manfatnya bisa
untuk memperkirakan kerjanya lebih intensif, efektif dan seterusnya. Adil dalam arti yang
sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Adil itu ontologisnya. Ontologis artinya
sudah tidak bisa terbantah lagi. Kamu tidak pernah adil tengku mu (belakang
kepala). Karena kamu tidak pernah mau nengok kebelakang, kecuali dengan menggunakan
cermin 3 dimensi. Selama ini kita hanya melihat bagian depan saja. Berarti kita
tidak adil terhadap dunia. Dunia punya hak yang sama untuk kita lihat. Tapi
kita tidak mampu melihatnya. Jadi manusia tidak mampu adil terhadap dirinya
sendiri, maka dari itulah manusia bisa hidup. Manusia itu tidak sempurna. Itu
ontologisnya. Epistomologisnya adalah metodenya, sebetulnya epistomologi itu
sumber-sumber filsafat keadilan, kalau bicara sumber-sumbernya siapa yang bisa
adil. Jadi konsep keadilan seperti itu adil sesuai fungsi peran dan sebagainya.
Filsafat disamping epistomologi dan ontologi, sumber-sumber pembenarannya dan
macam-macam keadilan. Tapi juga etik dan
estetika. Antara adil dan kebenarannya, antara benar dan keadilannnya. Serta
adil dan kepantasannya, pantas dan keadilannya. Secara filsafat seperti itu,
secara ontologisnya seperti itu. Jadi manusia justru tidak adil kepada dirinya
sendiri.
Filsafat
itu diriku, dirimu dan diri mereka dari berbagai agama semua bisa berfilsafat.
Hal yang berbahaya adalah ketika kita belajar berfilsafat kemudian belajar
dengan orang kafir dapat menyebabkan kita menggadaikan iman ddan takwa kita.
Maka sebelum berfilsafat harus memperkokoh keimanan masing-masing, sehingga
ketika orang beriman berfilsafat maka akan kokoh imannya.Dalam berfilsafat
subjek itu adalah yang diatas dan objek adalah yang dibawah, didalam elegi
menggapai subjek disebutkan bahwa subjek selalu benar dan objek selalu salah. Untuk menilai sesuatu
jangan selalu menggunakan pikiran biner. Untuk masalah ini adalah sarana komunikasi,
mengkondisikan.
Spiritual
tidak bisa dipahami hanya dipikiran saja tetapi hati. Dalam ranah ini, hati
bisa berilmu. Sebelum mempelajari filsafat tetapkanlah terlebih dahulu hati
kita, komandan kita, yang menuntun kita karena tidak mungkin kita bisa
mengetahui ranah spiritual hanya menggunakan akal. Logikanya, tidaklah semua
pikiran kita mampu memikirkan semua perasaan kita. Berbicara mengenai manfaat
filsafat, kita bisa saja mengatakannya sebagai manfaat dari pikiran kita. Karena
poin selanjutnya yang menjadi definisi filsafat adalah pola pikir. Filsafat
tidak sekedar berpikir, filsafat adalah berpikir yang reflektif yang bersifat
intensif (sedalam-dalamnya) dan ekstensif (seluas-luasnya). Dalam berfilsafat
menggunakan bahasa analog (bahasa yang jauh lebih dan lebih tinggi tingkatannya
dari bahasa kiasan). Adapun objek filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada. Hal ini juga menjadi aturan kita dalam berfilsafat. Dari sini,
kita juga dapat melihat perbedaan antara filsafat dengan spiritual. Maksudnya,
Tuhan (ALLAH SWT) sudah pasti (absolutly) ada di dalam hati kita, apalah daya
dan kemampuan kita untuk memikirkan-Nya. Meskipun di dalam agama ada berpikir
tetapi porsinya dibatasi.
Didalam
berfilsafat kita bisa melakukan manipulasi ruang dan waktu contoh ketika sholat
kita membanyangkan kita sholat dihadapan Ka’bah
jadi jaraknya sangat relatif (contoh manipulasi ruang), waktu kemarin
misal satu detik identik dengan seribu
tahun maka dapat analogikan plato meninggalnya baru kemarin sore (contoh
manipulasi waktu). Mengapa pertanyaan “darimana engkau itu” jawabannya dari
masa lampau?. Dalam jawaban filsafat itu berdasarkan penjelasan, jika ada yang
menjawab aku dari masa depan itu boleh saja asalkan ada penjelasannya, jadi jawabannya
bukan jawaban yang absolut. Contoh lain dari mana membangun gedung? jawabannya
dari atas karena setiap material-material dituang berasal dari atas. Penjelasan
tersebut merupakan pola pikir filsafat.
Manusia pada dasarnya memiliki 3 unsur pembangun, yaitu : akal (logika),
hati (jiwa yang independen dan bersifat spiritual) serta perasaan. Manusia
hidup di dunia tidak hanya berupaya untuk memahami segala sesuatu secara
sistematis, radikal, dan kritis. Akan tetapi, manusia juga perlu mengedepankan
hati. Hati manusia bersifat spiritual, karena di dalam hati kecil manusia (di
lubuk hati manusia) terdapat suara Tuhan. Oleh karena itu, dalam Filsafat Ilmu,
Tuhan sering disebut dengan hati karena suara hati Manusia adalah suara Tuhan.
Kepercayaan akan adanya Tuhan bersifat irrasional sehingga setinggi-tingginya
pikiran (logika) manusia, tak akan mampu untuk memecahkan misteri Tuhan.
Alat berkomunikasi dalam dunia Filsafat Ilmu adalah Bahasa Analog.
Bahasa Analog adalah bahasa perbandingan, artinya bahwa istilah-istilah
tertentu dalam filsafat ilmu sering di analog-kan dengan istilah lain, seperti
: cinta itu hati (cinta itu ada di hati) sehingga aku mencintai seseorang
dengan menggunakan hatiku (bukan dengan menggunakan pikiranku). Jika kita
mencintai seseorang dengan menggunakan pikiran maka akan sulit pastinya kita
merumuskan suatu kesimpulan bahwa “Kita sesungguhnya mencintai seseorang itu
atau tidak”. Begitu juga cinta terhadap Tuhan, kita mencintai dan memahami tuhan
dengan hati kita (bukan dengan pikiran kita), jadi di saat pikiran kita buntu
(sudah tak bisa berpikir lagi) maka solusi yang terbaik adalah berdoa kepada Tuhan.
Filsafat berstruktur dan berdimensi yang
mempunyai material, formal dan normatif. Filsafat antara setiap manusia selalu berbeda, karena diri seseorang itu sifatnya adalah subyektif sedangkan diri mereka itu sifatnya adalah obyektif.Pancasila itu adalah diri dari bangsa Indonesia itu sendiri maka Pancasila bersifat Subyektif. Pancasila filsafatnya monodualis, di mana terdapat Habluminallah dan habluminannas. Sehingga pancasila dapat menjadi pedoman untuk hidup berbangsa dan bernegara. Sebenar-benar filsafat adalah engkau mampu menjelaskan kehidupan setelah kematian. Karena jika orang lain yang
menjelaskan terhadap dirimu maka engkau menjadi tak berdaya karena akan tertimpa dengan bayang-bayang orang
tersebut. Kematian itu ada yang bias dipikrkan dan tidak bias dipikirkan,
yang bias dipikirkan adalah fenomena sedangkan yang tidak bisa dipikirkan adalah noumena.
Orang berstruktur
berhirarki, yang dipikirkan berstruktrur dan berhirarki. Sifat orang tersebut
berstruktur berhirarki secara otomatis maka filsafatnya berstruktur berhirarki.
Berfilsafat adalah berfikir yang refleksif, contohnya memikirkan pikiran,
misalnya bisa menjawab pertanyaan mengapa tatapi tidak cukup dengan itu.Manusia tidak bisa bisa
adil terhadap pandangannya. Bisa melihat kedepan tidak bisa melihat kebelakang,
Bisa melihat kekanan dan tidak bisa melihat kekiki dan sebaliknya. Manusia
sempurna dialam ketidaksempurnaan, manusia adil didalam ketidakadilan. Karena
sebenar-benarnya hidup adalah kontradiksi.
Ilmu pengetahuan adalah
sudah terstruktur, yang tesusun dari pengetahuan-pengetahuan yang ada. Filsafat
itu berdimensi, filsafat sebagai pengetahuan, filsafat sebagai ilmu, filsafat
sebagai landasan, filsafat sebagai spiritual dan seterusnya. Belajar adalah
hidup, untuk menjalani hidup adalah dengan hidup. Ciri-ciri hidup adalah
continous (Berkelanjutan), berintraksi, terjemah dan menerjemahkan, menggunakan
hati dan pikiran, sesuai kontekstual ruang dan waktu dan seterusnya. Hidup bukan hanya panah
yang yang terlepas dari busurnya, hidup adalah spiral, berputar dan dinamis.
Anda bertanya saya menjawab, pertanyaanku menjadi jawaban dan itulah
reinkarnasi.
Struktur
dunia itu materi,di atasnya formal,di atasnya normatif, diatasnya lagi
spiritual. Kalau sudah sampai tahap spiritual, maka sudah semuanya tidak ada
yang terlewatkan. Semua itu spiritual. Semua itu sacral. Spiritual turun sampai
kebaikannya. Dalam filsafat ya batu saja berdoa. Mintalah pertolongan kepada Tuhan
dengan ikhlas. Urusan
dunia itu tidak ada yang baik. Baik itu hanya milik Tuhan. Tidak ada cara
mengajar yang baik. Mendidik itu terbaik sesuai dengan agamanya
masing-masing.Dari sisi umum tidak ada yang baik Cuma yang mendekati pasti ada.
Jadi kalau mengajar tidak ada inisiatif dari guru itu berarti sudah mematikan
diri siswa.Belajar itu harus dalam susasan merdeka. Karena manusia itu
hermeneutika.Itu unsure-unsur spiritual .itu unsur-unsur kecerdasan. Sekarang
dunia ini kontemporer. Sudah mulai menyempit dan memanjang. Orang barat tidak
ada istilah mundur dan berbelok-belok. Selalu linier. Spiral kehidupan tidak
lain dan tidak bukan adalah lintasan bumi yang mengelilingi matahari. Itulah
teladan hidup dari Tuhan. Itulah hermenutika. Orang Yunani mengatakan
hermeneutika sedangkan orang Indonesia mengatakan silaturahmi. Kegagalan itu
menjadi kesuksesan yang tertunda. Ketika orang menghadapi kegagalan,jangan
patah semangat.Orang timur, spiritual itu sumber orang yang bersyukur.
Bersyukur tidak mempunyai tetapi berusaha,punya daya tahan. Bukan sekarang
mungkin lain waktu. Usaha dan ikhtiar terus menerus. Takdir itu sebagai yang
dipilih. Jadi pilihan itu yang dipilih atau memilih. Hidup ini hanyalah dipilih
atau memilih. Itu namanya penyederhanaan. Dunia yang sangat besar dibawa ke
satu notion. Dipilih atau memilih,berinteraksi terus begitu saja. Kita juga
memilih kata-kata. Karena takdirnya kata-kata itu linier. Berkata itu
seri(batrai)/urutan, tidak pernah parallel,kalau parallel tidak akan mengerti
dipikiran bapak. Pikiran manusia membuktikan bahwa manusia itu tidak mempunyai
akhir. Bahwa dunia tidak mempunyai akhir. Itu pikiran manusia. Menurut Imanuel
Kant ada awal sekaligus tidak ada awal,ada akhir sekaligus tidak ada akhir.
Berfilsafat itu kalau tidak dilandasi dengan agama yang kuat, maka sebelum
berfilsafat harus berdoa dan benar-benar berdoa. Jalani saja dengan
ikhlas,ikhals hati dan ikhlas pikiran. Maka perlu juga istighfar karena telah
berlaku sombong. Filsafat itu kesadaran/diruat. Diruat adalah memohon ampun dan
meminta maaf. Ada keadaan yang harus diruat kaitannya dengan sosial, tradisi
hidup bersama. Sesama orang lemahharus mencari orang yang lemah untuk mencari
kekuatan. Orang barat itu yang sudah
mempunyai modal masing-masing sudah mulai sombong sendiri. Oleh karena itu hidup secara
bersama-sama,maka tidak mau sesuatu yang aneh-aneh . Tidak mau dipergunjingkan.
Orang Jawa mempergunjingkan punya anak 1 (tunggal) perlu diadakan selamatan.
Hidup pilihan saja. Jalani saja ikhlas. Itulah proses berfilsafat.
Hipnotis itu
psikologi terapan, teorinya ditinggal menjadi terapan. Hipnotis tidak perlu
terlalu ribet dengan teori-teori. Sudah ada rumusnya, rumus tidak harus dalam
bentuk variabel abc. Rumus bisa dalam bentuk penjabaran atau indikator. Mempunyai
sifat-sifat tertentu, nanti terapinya disesuaikan. Hipnotis tidak akan bisa
menjawab mengapa orang bisa begitu, walaupun ia mengaku bertanggung jawab tapi
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sama seperti pelaku kuda lumping yang
kesurupan. Kesurupan itu bicara jiwa, karena dipengaruhi oleh intuisi tertentu.
Satu intuisi menuntut intuisi yang lain, sehingga ia bisa menimbulkan gejala
tertentu.Manusia mempunyai bermilyar-milyar intuisi. Intuisi handphone, ‘kenapa
bisa cepat sekali?’. Intuisi kacamata, intuisi kertas, intuisi tulisan, intuisi
ruang dan waktu, intuisi lawan, intuisi senjata, intuisi yang ada dan yang
mungkin ada. Prinsipnya hipnotis maupun kesurupan, intuisi yang lain-lain
dimunculkan dikombinasikan. Tapi pelaku yang bersangkutan yang dikenakan terapi
tidak bisa menjelaskan kenapa dia bisa begitu, dia hanya melaksanakan saja
dengan tidak sadar.Semua itu merupakan reduksi. Dunia piknik, dunia hura-hura,
dunia kuliah, dunia belajar, dunia membaca, dunia berpikir, dilakukan
direduksi, sehingga masuk ke dunia kesurupan. Dunia kesurupan ada ikonnya.
Ikonnya adalah suara yang berirama, bertalu-talu, kemudian doa-doa untuk
menenangkan kekhusukan hati. Untuk menciptakan suasana yang menarik intuisi.
Sehinggu dulu saat konselor Jerman Barat datang ke Yogyakarta melihat gending
jawa, sudah seperti orang ‘sakau’ seakan-akan sudah sampai ke surga. Merasa
menikmati, enak sekali musik itu.Jadi hipnotis itu keterampilan yang
ditular-tularkan, dirahasiakan, dijual, kemudian anda daftar kursus hipnotis. Kenapa
seseorang bisa tertipu? Karena dia hidupnya pelesir, berpesiar dengan seluruh
keluarga, semuanya dikuras, dimasukkan, dipilih, direduksi, direduksi, dunianya
menjadi uang. Ikonnya uang yang digandakan.Sebetulnya hidup ini permainan
intuisi. Intuisi kita mau kemana-mana. Anda bisa saja karena menggunakan
handphone yang sudah lengkap, canggih, dan sebagainya. Anda tidak pelihara,
anda hilangkan intuisi ruang dan waktu, tidak peduli utara selatan. Intuisi
sangat penting, intuisi adalah pengalaman. Intuisinya seorang kopral beda
dengan jendral. Intuisi istilah secara psikologi disebut indera keenam, kalau
filsafat cukup intuisi.
Filsafat bukan
masalah setuju atau tidak setuju. Tetapi filsafat adalah seberapa jauh engkau
mampu mendefinisikan metode saintifik. Maka sebenar-benarnya filsafat adalah
penjelasanmu. Jika engkau bersikukuh maka mitos. Jika sudah jelas sekali
maka mitos. Jika fanatik maka terjebak didalam ruang dan waktu yang gelap.
Mengapa, karena metode saintifik adalah satu dari sekian ribu metode yang
ada dan mungkin ada atau semiliar metode yang ada dan mungkin ada. Jika
hanya satu, maka hidupmu sudah terpilih menuju metode saintifik saja. Itulah
metode kurikulum 2013. Itulah metode yang tidak mereka sadari. Kurikulum yang
menggiring seluruh Indonesia untuk metode saintifik. Belajar Agama menggunakan
metode saintifik, bahasa menggunakan metode saintifik, social menggunakan
metode saintifik.
Setiap saat orang
berhasil, setiap saat orang mengalami kegagalan. Dia hanya tidak merasa. Kalau merasa
hanya berhasil, dia merugi separuh dunia karena dia tidak menyadari
kegagalannya. Kalau dia hanya merasa selalu gagal terus, merugi separuh dunia
karena tidak menyadari keberhasilannya. Jadi filsafat itu harus selalu berusaha
adil, seimbang, sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Refleksi diri untuk
kedepan. Kita bisa mengalami persiapan karena refleksi. Diturunkan kedalam semi
psikologi yaitu komunikasi. Persiapan adalah Komunikasi internal didalam diri
kita. Misalnya jika seseorang mau menikah, komunikasi internalnya sudah
membayangkan calon istri atau calon suami supaya tidak terkejut. Jika tidak ada
komunikasi internal maka ketika melihat calon suami atau istri kemungkinan akan
terkejut. Kesiapan diturunkan menjadi readiness yang dalam psikologi sangat
penting sekali. Kesiapan mengandung unsur lain-lain yang artinya
berjalannya potensi untuk jadi siap. Jadi kesiapan adalah bagian dari
hermenetika. Sejatinya tidak ada kesiapan itu yang tetap dan berhenti. Kesiapan
itu bergerak dan begoyang-goyang. Misalnya, seseorang tiba-tiba dipukul maka
langsung jatuh hal ini karena ia tidak siap. Maka sebenar-benarnya kesiapan
adalah bergoyang-goyang atau bergerak. Jika kamu sudah siap berarti mitos.
Tidak ada orang siap dalam filsafat. Yang benar adalah sedang bersiap siap dan
itu tidak ada akhirnya karena akhir juga mitos, tiadalah sebenar-benar akhir
kecuali akhir absolut itulah dogma agama, kalau sudah kiamat itulah akhir
daripada absolut. Ternyata walaupun akhir absolut pun masih diteruskan setelah
kiamat masih ada pertimbangan-pertimbangan perbuatannya.
Filsafat itu
hakikat metodologi etik estetika. Jadi benar, baik, dan indah. Tiga itu
dikombinasikan. Benar baik tidak indah, benar tidak baik indah, benar tidak
baik tidak indah, demikian seterusnya, dieksperimenkan. Etik itu baik buruk,
estetika itu keindahan. Estimologi itu benar salah, ontology hakikatnya. Tidak
ada yang benar tidak ada yang salah. Maka Seperti itu tekonologi semakin jelas
dan semakin detail dan ternyata sudah tercapai cita-citanya kehidupan kontremporer
untuk membuat patungnisasi masyarakat dan memasyaratkan patung, kita semua
telah menjadi patung-patungnya kehidupan kontemporer.
Apapun dalam
filsafat itu adalah struktur berdimensi didalam pikiran.dan pikiran itu pintu
gerbang menuju dirimu masing-masing. Namun itu tidak cukup.Hati juga merupakan
pintu gerbang menuju hidupmu masing-masing.Maka baik buruk dunia tergantung
hatimu.Maka dunia bergantung bagaaimana pikiran dan hatimu.Dia itu bestruktur
yaitu semua yang ada dan mungkin ada itu.Yang ada itu genus yang paling
sederhana. Pun berstruktur, strukturnya meliputi formal dan substant (isi).
Maka jika ditanyakan konsep pengabdian dalam filsafat maka yang bertanya
berstruktur hirarki dan yang ditanyakan berstruktur hirarki.Pengabdian berstrukturr
hirarki. Agama juga berstruktur hirarki maka pengabdian yang paling sederhana,
rendah dan apa pengabdian yang paling tinggi. Yang paling rendah genus, genus
potensinya, potensi itu cikal bakal atau gatra, yaitu gatra takdir dan gatra
ikhtiar. Maka abdi itu gatra takdir dan gatra pengabdian yang lain meliputi
sifat manusia. Pengabdian sebagai keadaan/sifat manusia punya gatra, misalnya
seorang kyai, terlahir itu sudah membawa geuns didalam selnya.Potensi bawaan
sebenarnya bisa kita persiapkan mulai dari sekarang untuk mempersiapkan genus
yang potensial atau genetika.Genetika yang diteliti orang itu yang diam,
sedangkan saya bisa mempengaruhi perilaku ketrunan saya adalah genetika yang
berjalan. Sehingga kalau anda menjadi kyai hebat ada kemungkinan anak, cucumu atau turunanmu yang lainnya menjadi
kyai. Maka pengabdian juga begitu.Mengabdi itu sifat keadaan obyek terhadap
subyeknya.Mengabdi itu istilah psikologi dan sosiologi. Dalaam filsafat abdi
itu sifat yang satu ketemu sifat yang lain. Kadaan itu digambarkan etik dan
estetika, kurannya etik dan estika. Maka filsafat itu hakikat kebenaran
keindahan dan dimix, hakikatnya yang benar itu indah dan yang indah itu benar
dst. Naik menjadi spiritual missal doamu, ibadahmu dll.Sholat bisa dimana saja,
tapi Jika masuk kedalam keindahan itu subyektif.Jadi pengabdian itu demikian,
kalau mau ditelusuri ya kaitannya dengan sosiologi antropologi. Otomatis, dalam
filsafat tidak hanya ganda, bisa unlimited multiple. Intelegent apa? Kecerdasan
tentang yang ada dan mungkin ada. Cerdas terhadap istri, cerdas terhadap suami,
cerdas terhadap rumah tangga, cerdas terhadap pimpinan, cerdas terhadap
lingkungan dst. Multiple istilah sosiologi, filsafatnya seperti tadi.Maka
supaya bisa menembus ruang dan waktunya, maka baca, baca dan baca.Multiple juga
ilmu psikologi. Apa beda filsafat dengan sosiologi, kalau filsafat duduk di
lobi tapi psikologi sudah masuk ke gang-gang. Sehingga psikologi ada dua macam,
terapan dan wacana.Sebagian dari psikologi wacana atau naratif itulah filsafat.cerdas
dalam berdoa, cerdas dalam beranak dan lannya adalah cerdas dalam filsafat.
dalm filsafat intelagent berstruktur berhirarki, yang dipikirkan juga
bersturktur berhirarki. Dunia dengan dunia terwakili dengan ikoniknya.Untuk
menggapainya bca, baca dan baca.Berfilsafat itu transenden, metodenya
metafisik, ku pejamkan mata keuberikan pertanyaan aku berikan nol semua
niainya.
Filsafat dipahami dengan
dipikirkan bukan dihafal. Jadi salah besar kalau saya menjawab konsep doa dalam
filsafat adalah. Maka, kakiku mendefinisikan, tanganku mendefinisikan, mataku
sedang mendefinisikan apa itu doa, maka seluruh hidupku adalah definisi dari
doa. Sebagian dapat dilihat dalam elegi menggapai ritual ikhlas. Kalau saya
terangkan sampai tuntas tidak akan selesai, besok bagaimana penjelasannya?Maka
sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu sebenar-benar penjelasanmu
aktifitasmu.Jadi nonsen kalau beelajar filsafat tanpa membaca. Dalam filsafat
tidak perlu menjadi orang lain, jadilah dirimu sendiri. Ilmu itu harus ikhlas.Namun
banyak orang-orang tergoda untuk tidak ikhlas karna pengaruh dunia
kontemporer.Itulah pentingnya berpikir kritis.
Sejak
awal filsafat dan sampai akhir jaman nanti, itu tentang pengetahuan dan ilmu
pengeatahuan karna olah
pikir.Dalam filsafat ada dua macam persoalan, dan dua persoalan ini tidak
pernah tercapai, bisanya hanya berusaha mencapai. Yang pertama adalah
menjelaskan apa yang engkau ketahui yang ada didalam pikiranmu. Contoh didalam
pikiran saya ada istri saya. Saya tidak akan mampu menjelaskan siapa istri
saya. Kalau aku mampu menjelaskan sejak awal zaman sampai sekarang, sebelum aku
mengakhiri penjelasan,aku akan berubah menjadi aku yang mati. aku yang mati itu
belum tau saya istri saya seperti apa, apalagi besok. Jadi sebenar-benar
manusia tidak ada yang mampu menjelaskan apa engkau pikirkan, hanya berusaha
saja. Caranya reduksi, menyebut beberapa sifat kunci dalam batas tertentu
dimana seseorang dengan orang lain dalam pengetahuan yang sama. Engkau tidak
mampu menjelaskan pulau Lombok itu.Tapi sampai batas disitu saya terima, tapi
apakah seperti itu Lombok, tidak.Masih banyak sekali yang bisa diungkap. Tidak
akan mampu semuanya menjelaskan yang ada didalam pikiranmu, karna kenapa engkau
bisa menggambar Lombok seperti itu kara engkau ada. Maka pikiran manusia
bermacam-macam perkembangannya dari awal zaman sampai akhir zaman.Jadi
kedudukan ilmu pengetahuan itu dari awal sampai akhir.Jadi sebenar-benar ilmu
pengetahuan itu adalah epistemology atau filsafat ilmu.Tapi filsafat ilmu tidak
ada apa-apanya kalau tidak ada ontology dan aksiologinya artinya satu kesatuan.
Seperti segelas teh itu tidak akan bermakna kalau tidak ada gelasnya.
Pasti
dalam filsafat itu bahasa yang kasar, karna filsafat berbicara tentang
relatifitas.Kalau saya menerangkan jebakan filsafat berarti elegi itu sudah
tidak ada maknanya lagi.Karna setiap elegi itu tantangan buat anda untuk
berfikir.Ini bukan masalah mitos, ini berfikir.Kalau tidak paham setelah baca
baca lagi saja.Kalau jenuh itu ujian, itu godaan.Jebakan filsafat itu artinya
sebagian besar komentarmu itu salah.Kenapa salah, karna tidak cocok dengan
pikiran saya.Salah adalah tidak cocok dengan pikiran saya.Engkau sudah merasa
seakan-akan mengerti itulah jebakan filsafat.merasa bisa mengerti, merasa bisa
pandai tapi tidak pandai bisa merasa. Maka disini berpaculah dalam membaca dan
memahami filsafat.temukanlah dirimu sendiri dalam filsafat. berziarah dalam
filsafat, berziarah dalam filsafat tidak harus mengunjungi makam-makam para
filsuf, sebenar-benar ziarah dalam filsafat pelajari pikiran mereka itu dengan
baca, baca, dan baca. Kalau dibawa ke spiritual, ziarahnya adalah tengok hatimu
masing-masing.Maka dalam kaitannya dengan keilmuan itu pada levelnya
masing-masing, banyak diantara orang yang tidak menempati ruang dan waktunya.Maka
pada ruang dan waktu filsafat filsuf mengatakan, aku melihat diantara hiruk
pikuk orang yang berjalan dijalan gejayan itu banyak orang-orang yang sudah
meninggalkan dunia. Kenapa?, karna sebenar-benar mereka tidak mau berfikir.
Misalnya mobil jalannya 5 cm tidak memikirkan pengguna jalan lain, maka dalam
filsafat dia mati karna tidak berfikir juga utnuk orang lain. Kalau ahli
spiritual, kyai mengatakan bahwa sebenar-benar mereka yang di stadiaon,
dipasar,
Kita menetapkan hidup kalau
seperti ini dan ketetapan hidupmu akan mempersulit dirimu yang jauh atau akan
terhindar dari yang telah diberikan permulaan oleh yang membuat pilihan itu.
Jadi ini pentingnya berfilsafat merefleksikan diri.Mana yang lebih baik antara
banyak pilihan dan sedikit pilihan?tergantung ruang dan waktu. Apa yang
dipilih, mana yang dipilh, bagaimana memilih dst, tergantung ruang dan waktu.
Berfilsafat
itu berbahaya kalau tidak dilandasi spiritual.Mati menurut filsafat itu mitos,
karna setelah dibaca ayat dalam kitabnya, haditsnya ternyata dia mati cuma
fisiknya tapi jiwanya masih hidup.Walaupun fisik mati setelah alam kubur ada
kehidupan disana.Selamanya kalau kamu tidak berfikir mati tetap mati itulah
mitos itulah kebodohan, terjebak didalam ruang dan waktu.Maka dari mitos menjadi
logos apasih yang dimaksud dengan kematian.
Filsafat mempunyai batas dan tidak ada batas sekaligus, menurut Immanuel Kant di dalam filsafat terdapat awal dan akhir, di mana awal dan akhir dapat terjadi sekaligus, sehingga kita tarik lagi ada awal dan tidak ada awal, dan juga ada akhir dan tidak ada akhir. Manusia tidak akan dapat menemukan kapan berhenti dan kapan memulai karena sebenar-benar manusia itu terbatas. Manusia tidak sempurna dalam kesempurnaan dan sempurna dalam ketidaksempurnaan.
Batas dari seorang manusia itu tidak dapat memikirkan apa yang tidak ia pikirkan. Ciri-ciri seorang sebagai filsuf adalah dia menulis, atau ditulis oleh orang lain seperti
Socrates, dia tidak menulis tapi karyanya ditulis oleh muridnya Plato,
kemudian dia dapat merangkum dunia, sehingga semua yang ada di dunia ini dia dapat merangkumnya.Sehingga budaya menulis perlu dilakukan secara terus menerus agar dapat mengemukakan apa-apa saja yang ada dipikiran kita untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dan mungkin ada di dunia ini.
Semuanya berstruktur baik yang ada dan yang mungkin ada. Manusia tersusun dari salah satu unsur yang paling
terkecil yaitu sel yang terfokus pada bermilyar-milyar sel yang masing-masing hidup.Susunan-susunan itu merupakan unsur material yang
membentuk kehidupan seseorang sehingga menjadikannya satu padu antara material satu dan material yang lain. Tempat tinggal menentukan tabiat atau karakter orang di mana ketika kita melihat zodiac dari sisi filsafat maka zodiac itu adalah pikiran, di mana apa yang dipikirkan manusia itu semua tergantung dari manusia itu sendiri. Kesemua apa yang dihadirkan manusia dari pikirann yaitu merupakan hal-hal yang
terkonstruk dari pikiran manusia sendiri, zodiac
melambangkan kepribadian dan watak manusia itu dengan berdasarkan tanggal lahir dan bulan lahir seseorang, akan tetapi kepribadian dan karakter pun akan terpengaruh dengan lingkungan yang
tinggali. Misal ketika kita seseorang yang tinggal di luar negeri tabiatnya berbeda dengan orang yang
tinggal di Indonesia.
Di
Indonesia yang struktur paling atas yaitu spiritual lebih mendepankan agama,
karena Indonesia berbagai macam-macam agama. Dengan spiritual yang lemah akan
membawa kedalam goyahan hati yang menjadi lemah
tanpa kita sadari. Maka dari itu pentingnya sebuah spiritual dalam
melandasi filsafat, karena dengan agama dapat semakin kuat untuk memahami
filsafat.